Judul buku: Dia Adalah Kakakku
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Sabak Grip Nusantara
ISBN: 978-623-96074-7-0
Halaman: 346 hlm
Tahun terbit: Cetakan I, Oktober 2018
Rating: 4/5
Dia Adalah Kakakku.Buku ini bercerita tentang kisah Kak Laisa. Kak Laisa sangat mencintai keempat adiknya. Adik-adiknya adalah Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, dan Yashinta. Mereka tinggal disebuah lembah yang bernama lembah Lahambay. Kak Laisa rela mengorbankan apapun demi adik-adiknya. Kak Laisa juga rela mengorbankan impiannya. Ia berhenti sekolah karena mamak tidak sanggup membeli baju sekolah untuk adiknya. Sejak itu ia membantu mamak bekerja di ladang, ia bekerja keras mengumpulkan uang untuk adiknya. Sebelum Babak meninggal, Babak memberikan wasiat kepada Kak Laisa yaitu agar ia menjaga adik-adiknya hingga Babak pulang dari aktivitas mencari kumbang di gunung. Namun, Babak mereka harus berpulang akibat serangan hewan buas yang berada di gunung tersebut. Karena wasiat itu lah ia selalu menjaga adik-adiknya dengan baik.
Dalimunte adalah seorang anak yang baik, suka membantu, pintar, dan juga rajin beribadah. Dia selalu membantu mamak dan Kak Laisa bekerja di ladang. Dengan kecerdasannya Dalimunte bahkan pernah berpikir membuat kicir untuk membantu pengairan di ladang.
Ikanuri dan Wibisana. Perbedaan umur mereka hanya satu tahun dan wajah merekapun sangat mirip. Tapi sikap mereka berdua sanag berbanding terbalik dengan kakaknya Dalimunte. Mereka berdua sering kali bermain-main dan berbuat onar.
Yang terakhir adalah Yashinta. Yashinta adalah anak yang cantik, manis, dan penurut. Dia selalu menuruti perkataan Kak Laisa.
Perjuangan Kak Laisa selama ini tidak sia-sia. Karena perjuangannya semua adik-adiknya bisa menjadi orang yang sukses. Dalimunte yang menjadi profesor dan peneliti yang sangat hebat. Ikanuri dan Wibisana yang sukses dengan bengkel besarnya. Dan Yashinta yang berhasil mendapatkan beasiswa keluar negeri dengan jurusan ilmu alam.
Dalam novel ini mengandung makna betapa pentingnya sekolah. Serta sikap yang diajarkan oleh Mamak dan Kak Laisa untuk rajin beribadah, bekerja keras, mandiri, dan bertanggung jawab. Sehingga keempat adik Kak Laisa bisa menjadi orang yang sukses.
Bagian favorit saya pada novel ini:
Jika kita ibaratkan, maka peradaban manusia persis seperti roda. Terus berputar. Naik-turun. Mengikuti siklusnya. Ada suatu masa, ketika kemajuan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya, manusia menguasai teknologi-teknologi hebat. Lantas, karena peperangan, bencana alam, atau penyebab lainnya, di masa-masa berikutnya kembali meluncur ke titik terendah. Jika kita ingin berpikir sejenak, siapa bilang ribuan tahun silam manusia masih primitif? Masih bodoh? Tidak mengenal teknologi telepon seluler? Internet? Penerbangan ke bulan, dan sebagainya. –Professor Dalimunte (halaman 16)
Wih, semua tokohnya hebat-hebat ya.
BalasHapusKak Laisa baik banget
BalasHapusSeru ๐
BalasHapus